Kamis, 02 Juni 2011

Sepak Bola dan Politik

Ngelmu politik, bukan hanya bisa dipelajari dari olahraga Catur saja. Tapi, ia juga dapat dipelajari dari berbagai cabang olahraga seperti sepakbola, terjun bebas, terjun payung, renang, bola voli, basket hingga sampai permainan kampung semisal petak umpet, petak lari, galasin, congklak hingga ke bola bekel. Karena semuanya memerlukan otak, disiplin, kekompakan, kreativitas, ketekunan, strategi dan beberapa ketrampilan yang diperoleh dari indra keenam, barangkali juga indra ketujuh. Dari kesemua itu yang paling penting harus ada disiplin dan kekompakan tim. Tanpa yang dua ini, bakal berantakan.

Saya ambil contoh saja sepakbola. Dari Sepakbola banyak yang bisa kita petik. Bahkan ada kepercayaan, kalau sepakbola di suatu negara tidak bagus, berarti ada yang gak beres juga di perpolitikan negara itu. Tapi ini yang gak usah dipercaya 100 %, walaupun sepakbola indonesia babak belur, politiknya tidak babak belur, tapi babak bundas, hehehe… Jadi sebetulnya kalau mau memajukan dunia politik di indonesia, majukan juga sepakbolanya…begitu kali ya..

Kekompakan tim dan disiplin sangat penting di sepakbola. Begitu juga di politik. Di sepakbola ada pengurus, ketua umum, beserta jajaran organisatorisnya, ada pelatih, ada pemain yang terdiri dari kiper, back kiri dan kanan, gelandang kiri dan kanan, penyerang kiri dan kanan serta tengah. Semua ada posisinya masing2. Kalau ketua umumnya di penjara, mungkinsepakbola masih bisa jalan.

Tapi kalau ketua umumnya terjun ke lapangan, mau menyerang sendirian, terus mau bertahan sendirian, sementara kipernya leha2 di tepi lapangan, penyerangnya tidur2an gak ada kerjaan, kira2 bisa menang gak ya ? Pastinya kalah kan ! Disinilah pentingnya posisi masing2. Yang kiper harus tahu kalo dia itu kiper, yang back, gelandang, dan penyerang juga begitu. Ketua umumnya juga gak usah ikut main di lapangan, nanti malah kedodoran, karena gak biasa lari2 mendribel bola.

Perpaduan keKompakan tim, strategi dari pelatih, kepengurusan yang sehat, serta organisasi yang kredibel, maka akan menghasilkan tim yang bagus. Mudah2an bisa sampai ke Piala dunia.

Dalam sepakbola ada manajemen staffing, ada pelatih, ada wasit, ada goalkiper, ada penyerang, ada gelandang, ada back dan lain sebagainya. Manajemen staffing ini juga masih ditambah dengan formasi
yang beragam. Misalnya 4-4-2, 4-3-2-1, 5-2-2-1, dan lain sebagainya. Sepakbola juga mengenal strategi bermain. Ada Samba yang dimainkan oleh brazil, argentina dengan jogobonito, total presure
football yang digadang Belanda, cattenacio ala italia, negatif footbal yang pernah dipakai uruguay, Kick and rush yang pernah ngetrend di Inggris, counter attack yang sering diperagakan tim eropa timur, jerman
dengan dieselnya yang semakin lama semakin panas, sampai sepak bola gajah yang kadang dimainkan tarkam (antar kampung). Lho kok gajah ? Skor bisa diatur, bola boleh lewat, tapi orang jangan harap bisa lewat. Gol bisa diatur, asal ada duitnya aja.

Dalam politik juga kayaknya sama ya, ada jual beli suara, ada serangan fajar, ada sembako murah, amplop dll…

Sepakbola juga punya yang namanya suporter. Suporter inipun bermacam-macam pula pola dan perilakunya. Di Italia, konon katanya, sepakbola sudah menjadi semacam agama. Orang lebih sering pergi ke stadion daripada ke gereja. Inggris mengenal apa yang dinamakan hooligans. Indonesia, wah jangan ditanya, hampir tiap minggu terjadi keributan gara-gara suporter sepakbola yang mengamuk, mulai dari melempar botol, membakar kursi, bahkan sampai mengejar dan memukuli wasit sampai babak belur. Oleh karena itulah ada yang menyarankan wasit di Indonesia harus punya tiga kartu, yaitu kartu kuning, merah dan kartu berobat ke Puskesmas. Pasalnya, sudah bayaran tidak seberapa, babak belur pula.

Dalam Politik juga begitu, ada suporter juga. Di kompasiana juga ada suporter, ada yang fanatik ada yang biasa2 aja. Ada yang emosi, ada yang bakar2 an , tapi bakar semangat saja hehehe….

Dalam Partai Politik, Yang harus dikedepankan adalah solidaritas partai, segala keputusan harus melalui musyawarah dan mufakat, jangan sampai ada yang ditinggalkan. Jangan sampai pula ketua umum bergerak sendirian saja. Keputusan Partai harus diketahui oleh pengurus partai yang lain. Jangan sampai ada pengurus yang merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Ini bahaya. Sebab partai tidak dapat berjalan tanpa dukungan seluruh komponen organisasi partai itu secara keseluruhan.

Kekompakan dan kedisiplinan syarat utama suatu partai memenangkan kompetisi politik, apa itu pileg atau pilpres. Setelah itu strategi dan kreativitas dari dewan penasihat serta kerja keras seluruh jajaran DPC, DPD I dan II, serta seluruh konstituen untuk memenangkan partai ybs.

Berkaitan dengan itu, sangat miris sekali, ketika pasangan JK-Win yang sudah dideklarasikan tiba2 ada yang mau menuntut untuk dibatalkan. Yang ngomong begitu, tidak tanggung2, yaitu ketua DPR Agung Laksono, yang didatangi sejumlah DPD II yang tidak puas.

Seperti yang saya tulis sebelum2 nya, AADG, ada apa dengan Golkar, serta Pasangan JK-Win, walaupun “Win” masih belum aman. Pendongkelan deklarasi JK-Win oleh intern partai Golkar, apa ada pihak luar yang mau memecah belah partai kuning yang sudah menua ini ?

Saat ini, boro2 mau kampanye…Lha wong dari dalam sendiri malah masih nggondheli begitu.

Itu namanya nyuruh maju kedepan, sementara ada yang megang buntutnya, jangan maju…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar